Merefleksikan Sematan "Sontoloyo dan Raiso Popo" untuk Jokowi



Oleh Ellen Frani, Aktiivis Perempuan Dayak

Kata SONTOLOYO dalam KBBI berarti Konyol/bodoh. Sementara RAISOPOPO berarti tidak bisa apa-apa. 


 "Orang bodoh yang tidak bisa apa-apa" 

Kutipan puisi Raisopopo


"Seperti wayang digerakkan dalang

cerita sejuta harapan

menjual mimpi tanpa kenyataan"


Kala itu Jokowi kalian anggap wayang.

Julukan "petugas partai" yang di emban membuat kalian menganggap Jokowi Raisopopo, dan akan dikendalikan oleh partai ternyata anggapan kalian salah, karna partai memberikan keleluasaan padanya dalam mengambil keputusan, selama sesuai dengan konstitusi.

Dalam dua kali kepemimpinan Jokowi bukan "wayang" tetapi sebagai "dalang" yang bisa mengatur seperti apa alur cerita akan dibuat,  pun demikian dalam pilpres kali ini.

 Dalam cerita Wayang Kulit, apapun judulnya, masyarakat sudah tahu hasil akhir nya karena sudah sering diputar. Begitu juga dalam lakon "PILPRES" ini masyarakat sudah tahu hasilnya, karena judulnya sama, dengan 2(dua) Periode sebelumnya.

Poliik itu The Art Of  possibillity. Jokowi paham itu, makanya segala kemungkinan selalu dihitung dengan cermat.  Cerita pada pilpres kali ini, di ikuti oleh 2 (dua) atau 3 (tiga) orang, pada  akhirnya akan terjadi head to head antara Ganjar melawan Prabowo.

Saat ini Indonesia mendapatkan Bonus Demografi (dimana jumlah usia produktif lebih banyak) agar ini bisa dimanfaat dengan benar, sudah sejak lama Jokowi menyiapkan Ganjar yang dianggap mampu, meneruskan bahkan mempercepat peningkatan Indonesia dari Negara berkembang menjadi Negara maju. Jika kesempatan selama 15 tahun kedepan tersebut hilang, maka akan selamanya Indonesia menjadi Negara berkembang.

Strategi apapun yang dilakukan, jika Kontestasi di ikuti oleh 3 (tiga) pasang calon, besar kemungkinan akan terjadi 2 (dua) putaran. 

Sebagai penyeimbang di endors lah PRABOWO SUBIANTO, ini bisa jadi karena 2 (dua) kali kegagalannya dalam mengikuti kontestasi. Sehingga lebih mudah dikenalkan kemasyarakat yang lebih dari 75% puas terhadap kinerja Jokowi, untuk mendongkrak elektoral nya. Bisa jadi dirangkulnya Prabowo agar kerja Jokowi di periode terakhirnya tidak dibuat gaduh oleh pendukungnya. Seperti yang sudah kita ketahui bersama siapa saja pendukung dibelakang Prabowo di periode sebelumnya. 

Sementara Ganjar seolah-olah dibiarkan, karena sebagai mentor Jokowi yakin Ganjar dengan kecerdasannya mampu bersaing hingga putaran kedua.

Dalam pewayangan ada namanya "Goro-Goro" yaitu acara lucu-lucuan agar penonton dalam hal ini masyarakat tidak lelah mengikutinya, ini  sekaligus merupakan edukasi agar masyarakat ikut peduli. 

Disini kepiawaian Jokowi sebagai "dalang" dalam membuat skenario. Cawe-cawe inilah yang dilakukan agar polarisasi yang terjadi dalam setiap Pilpres tidak mengarah ke intoleransi, dan itu berhasil.

Agar masyarakat bisa menilai, dijadikanlah cawe-cawe ini semacam PreKontestasi, yang secara tak langsung untuk menjawab sindiran Puisi SONTOLOYO Fadli Zon.

" Kau bilang produksi beras melimpah tapi impor tidak kau cegah" 

Hal ini mungkin tidak disadari oleh banyak orang bisa jadi keduanya, sehingga ini bisa dijadikan sebagai bahan penilaian buat pemilih.


Jawa Tengah yang saat ini dipimpin Ganjar berhasil menjadikan daerahnya sebagai lumbung beras nomor 3 (tiga) secara Nasional. Dan untuk menujang hasil tersebut agar bisa meningkat peringkatnya dibuatlah Program food estate, di Jawa Tengah juga bedanya Prabowo di tunjuk sebagai penanggung jawab, akan tetapi proyek food estate tersebut gagal.

Diakui oleh jokowi Ganjar adalah negosiator yang luwes, dengan visi yang kuat dan tidak bisa ditekan Ganjar menyelasaikan kasus Wadas peniggalan pendahulunya. Ganjar turun dan bernegosiasi dengan masyarakat wadas secara langsung, sehingga berhasilnya memuaskan sebagian besar masyarakat. Sementara pihak lainnya gagal untuk memediasi dan menyelasaikan  konflik Rusia-Ukrania.

Selanjutnya dari segi Anggaran. Dengan anggaran yang relatif kecil untuk menangani luas wilayah dan jumlah penduduk yang besar, Ganjar berhasil membangun ribuan KM jalan, membantu membangun rumah bagi masyarakat miskin, menurunkan kemiskinan  serta program - program lain yang memihak pada rakyat. Sementara kompatritnya sebagai MENHAN dengan Anggaran Ribuan Trilyun. Hanya bisa memasukkan PT. TIM, dimana koleganya dari "Tim Mawar" Kopasus saat menjabat Danjen, sebagai Komisarisnya, sekaligus Perusahaan tersebut menjadi rekanan untuk pengadaan Alutista. Belum lagi pengadaan Pesawat tempur serta Kapal bekas. 

Dengan pencapaian diatas tersebut, puisi "Sontoloyo dan Raisopopo"  karya Fadli Zon tersebut, sama dengan menampar muka atasannya dipartai tempat mereka bergabung. Begitulah cara yang digunakan  Jokowi dengan "Menang Tanpo Ngasorake" yaitu menang tanpa merendahkan

Sebagai Kepala Negara Jokowi tidak akan secara langsung menunjukkan arah dukungan, tapi dengan seringnya  memperingatkan pemilih, terkhusus para relawannya agar berhati-hati dalam memilih pemimpin, serta  ditunjang lagi oleh prestasi dan kinerjanya harus nya mereka mengerti, kemana arah dukungan Jokowi. Relawan yang selalu mengklaim tegak lurus bersama Jokowi harusnya paham, apa yang harus dilakukan jika nantinya terjadi head to head. 

Untuk menegaskan lagi wayang dengan judul "PILPRES' ini sudah 2 (dua) kali dilakonkan, dan hasil akhirnya masyarakat sudah tahu. Karena memang begitulah cerita wayang, meskipun sering dilakonkan tetap saja akan membuat gembira dan bahagia bagi yang  menikmati.


Sontoloyo itu memang raisopopo

Seperti bung Fadli Zon dengan Puisinya 'Mau saya tabok rasanya' ya bisa jadi saat WargaNet melihat tingkah polanya dan membaca cuitan² di Medsos yang sering membuat gaduh ingin rasanya "nabok"  puisinya selain secara tidak langsung 'menabok majikannya' juga menabok wajahnya sendiri.


"Jokowi di Hati Ganjar di Nanti"

0 Komentar