Surat Terbuka untuk Ketua BEM UI, Melky Sedek Huang

Opini oleh: Ellen Frani (Aktivis Perempuan Dayak)


Adil ka'talino, bacuramin ka'saruga, basingat ka'jubata,

arus..arus..arus...

Membaca profil dari ketua BEM UI Melki Sedek Huang yang berasal dari 'Pontianak'  Kalimantan Barat

Ketika tumpah darah kita 'ari²/tembuni ' aku dan kamu di benam di tanah BORNEO satu Pulau dan terpisah Wilayah. Maka aku dan kamu adalah sama,kita sama-sama ber asal dari tanah Leluhur yang sama tanah Borneo,dan yang membedakan aku dan kamu adalah saya membanggakan Pak Jokowi sebagai satu-satunya Presiden yang memberikan Perhatian kepada Tanah Borneo tanpa terkecuali baik Kalimantan Barat juga Kalimantan Utara.. kita sama-sama berada di garis Perbatasan dengan Negara Tetangga yaitu Malaysia.saya di Perbatasan Krayan dan kamu di Perbatasan Entikong. Dan ketika saya tegak lurus bersama seluruh Rakyat Indonesia khususnya Masyarakat Kalimantan yang ikut mengkawal Pemerintahan Jokowi hingga tuntas di Tahun 2024, kamu yang termasuk lahir 'kemarin sore' melihat usia mu yang masih muda tapi hadir menjadi Provokator tak berguna yang mengancam Presiden Jokowi,,ketika sy terus mensyukuri kebebasan Tanah Borneo yang wilayahnya dulu terisolir tapi sudah merasakan pertumbuhan ekonomi, perkembangan pembangunan yang mulai adil dan merata termasuk satu harga,kamu justru dengan petantang petenteng mengajak makar,mengancam Pak Jokowi untuk mundur  atau 'berdarah-darah'

Begini dik.. sebelum berbicara pikirkan dulu dengan akal sehat mu karena kamu sebagai Mahasiswa yang di level Pendidikan 'Maha' artinya yang tertinggi di dunia pendidikan tapi kok masih Termasuk dalam golongan Logika 'Terbalik' Harusnya bisa membedakan kalimat 'mengkritik dan mengancam'atas dasar apa kamu mengancam Presiden?? Bukankah Perguruan tinggi mu itu di subsidi oleh Negara?? 

 Memilih Fakultas Hukum tapi tampaknya kamu belum memahami dan menjiwainya.. seorang dengan disiplin ilmu Hukum memberi ancaman seperti ini

"Mari kita lihat, apakah Presiden Jokowi ini mau mengakhiri kekuasaannya dengan baik atau dengan berdarah-darah," ujar Ketua BEM UI Melki Sedek dalam rekaman video itu.

Potongan video itu berasal dari tayangan acara podcast yang dibagikan di kanal YouTube Abraham Samad SPEAK UP pada 20 Juni 2023.

Dik jangan mau di Provokasi orang lain kalau ancaman itu bukan dari pikiran mu sendiri, kembalikan hati mu yang dingin untuk Kedamaian Tanah Borneo.

Apa salah Pak Jokowi dik?? 

Mengancam Presiden Jokowi sama saja kamu mengancam dan menghina, Masyarakat Kalimantan Bersatu dukung Jokowi termasuk Pemuda Millenial Kalimantan yang juga mendeklarasikan menangkan Pak Jokowi,dan bahkan seluruh Rakyat Indonesia yang memilih dan memberi amanat kepada Pak Jokowi sebagai Kepala Negara 'Presiden' yang Sah dan konstitusional. 

Sebagai anak Bangsa yang merupakan penerus bangsa apa yang sudah kamu berikan kepada Bangsa ini?  Minimal Tanah leluhur mu? Dik..kita sama berasal dari Kalimantan mari kita jaga keharuman dan Nama Baik Kalimantan.

Dik.. selesaikan saja Pendidikan mu agar kamu menjadi generasi penerus bangsa yang Berguna. Dan Negara ini tidak kekurangan orang-orang terpelajar tapi ada saja orang yang pemahamannya belum sampai di etika Komunikasi Publik.

Mengancam  Presiden Jokowi untuk turun atau berdarah -darah??? 

Di Adat kita Dayak tidak menerima ancaman 'berdarah-darah', Silang pendapat dapat di selesaikan secara damai dengan serangakaian prosesi Aturan Adat.

Saya ingatkan, pahami kalimat dan renungi serta pikirkan kembali sebelum berucap,

Negara Indonesia ini adalah Negara Hukum,Negara yang berPancasila, Negara yang BerBhinneka Tunggal Ika.. lalu siapa yang mengorbankan "siapa"??


Salam dari Tanah Borneo.. Kalimantan Utara

Tegak Lurus Menjaga NKRI Harga Mati

PANCASILA FINAL

1 Komentar

  1. Tidak mungkin Presiden Jokowi berencana mengakhiri masa jabatannya dengan berdarah-darah. Yang menuduh demikian, pasti berencana untuk melakukan aksi berdarah-darah bila bacapresnya gagal jadi capres dan menuduh Presiden Jokowi yang gagalkan jagonya jadi capres. Padahal Presiden Jokowi tak mungkin lakukan hal tersebut. Yang buat Bacapres tak bisa jadi capres, persyaratan yang tak bisa dipenuhi, bukan Presiden Jokowi. Ini semacam penggiringan opini agar walaupun bacapresnya tak memenuhi syarat, harus jadi capres, sehingga tidak terjadi aksi berdarah-darah. Pasti para Intel dan para pakar politik lebih paham daripada saya,sehingga bisa cepat bertindak atas para pengancam Presiden ini, sebelum terjadi aksi berdarah-darah berencana ini.

    BalasHapus