Grebeg Suro dan Malam Sarasehan 1 Muharram 1445 H di Alun-Alun Kota Kupang, Wujud Toleransi dan Keberagaman

 

PEWARTAINDO, KOTA KUPANG, NTT | Ada yang menarik saat perayaan menyambut 1 Muharram 1445 H di Alun Alun Kota Kupang pada 18 Juli 2023. Selain adanya kirab budaya grebeg suro, acara yang kental dengan tradisi Jawa – Islam juga diselingi dengan doa lintas agama saat malam sarasehan. Acara tersebut dihadiri oleh Pdt Thomas Eni Marsudi (Gembala GKII Efata Maulafa Kupang), KH. Aly Rosidi Kasbollah (Rais Syuriah PWNU NTT), George M. Hadjoh (Pj. Walikota Kupang), dr. Muhammad Ikhsan (Ketua Kontak Kerukunan Sosial/K2S Keluarga Jawa Kota Kupang) dan penceramah asal Semarang Jawa Tengah, KH. Amin Budi Harjono.

Ketua K2S Keluarga Jawa Kota Kupang, dr Muhammad Ikhsan mengatakan, kirab budaya grebeg suro yang ditutup dengan malam sarasehan merupakan agenda rutin K2S di Kota Kupang, sebagai bentuk perayaan malam tahun baru 1 Muharram sekaligus membuktikan bahwa K2S menjadi bagian dari masyarakat Kota Kupang.

Kegiatan diikuti dengan antusias oleh ratusan masyarakat Jawa yang ada di Kota Kupang yang berbaur dengan masyarakat setempat. Sekretaris K2S Kota Kupang, Mutakim, mengatakan, pagelaran budaya dimulai dengan kirab Grebeg Suro yaitu arak-arakan mengiring gunungan yang berisi hasil bumi dengan titik start Kantor Walikota Kupang dan berakhir di Alun Alun Kota. Setibanya di alun-alun, hasil bumi yang berbentuk gunungan tersebut kemudian diperebutkan bersama. Selanjutnya sesudah Grebeg Suro, dilanjutkan dengan pagelaran budaya menampilkan Reok Ponorogo kemudian Tari Gandrung dan lain-lain.

KH. Aly Rosidi Kasbollah selaku Penasehat K2S Keluarga Jawa Prov. NTT sekaligus sebagai Rais Syuriah PWNU NTT mengatakan bahwa solidaritas dan kerukunan masyarakat Jawa di Prov. NTT harus dijaga karena meskipun sebagai masyarakat pendatang, namun masyarakat jawa turut andil bagi pertumbuhan perekonomian di Kota Kupang. Selanjutnya KH. Aly Rosidi Kasbollah menyampaikan arti di balik gunungan grebeg suro yaitu kita diajarkan untuk selalu bersyukur bahwa semua nikmat yang diberikan Tuhan itu patut disyukuri.

George Hadjoh mengatakan, kehadiran masyarakat jawa K2S turut memberi warna di Kota Kupang yaitu berkontribusi dalam  pembangunan sarana dan prasarana, sumber daya manusia maupun pembangunan ekonomi. Masyarakat Jawa yang ada Kota Kupang dapat menyatu dengan warga setempat sehingga menjadi kekuatan budaya dan keragaman yang menunjukkan bahwa Indonesia mini ada di Kota Kupang.

KH. Amin Budi Harjono penceramah yang juga sekaligus budayawan dari Semarang, menyampaikan makna-makna dibalik religi secara Islami maupun budaya secara Jawa. Ia mengharapkan dengan adanya kegiatan ini, meskipun di perantauan dapat melestarikan budaya sebagai jati diri bangsa dan juga sebagai orang Jawa tetap mempertahankan tradisi-tradisi Jawa. Masyarakat jawa menampilkan keberagaman dalam satu wujud kebersamaan untuk mempersatukan, maka dengan begitu bisa saling melengkapi, menghormati dan tolong menolong.

Antusiasme masyarakat dalam kegiatan grebeg suro dan malam sarasehan cukup beralasan. Telah lama masyarakat di kota Kupang tidak menyelenggarakan acara serupa karena Pandemi Covid-19. Dampak dari penyelenggaraan grebeg suro dan malam sarasehan cukup signifikan terutama bagi para pedagang-pedagang kaki lima di sekitaran alun-alun Kota Kupang. Taufik (Pedagang Minuman di Alun Alun Kota) mengatakan dampak dari acara tersebut dirinya mendapati adanya peningkatan penjualan dagangannya hingga tiga kali lipat dari kondisi normal. Untuk itu dengan terselenggaranya acara tersebut diharapkan dapat mendorong terselenggaranya festival ataupun acara serupa lainnya sehingga ada peningkatan geliat perekonomian di Kota Kupang. (adi-putra).

0 Komentar